Saturday, October 16, 2010

Seluk-Beluk/Asal-Muasal South Korean Antis-Fans Part 1

Note : Artikel ini bukanlah artikel yang ingin menjelek-jelekkan girlband/boyband tertentu. Gambar, berita dan cerita yang digunakan hanyalah bukti pendukung analisis ini.

Intensitas dari apa yang disebut “anti-fans” di Korea Selatan dapat ditelusuri dari awal mulanya perusahaan-perusahaan (yang bergerak dibidang entertainment-red) mulai membentuk grup band cowok/cewek di akhir tahun 1990-an. Mungkin kasus kejahatan terburuk dari anti-fans yang pernah terjadi yaitu insiden yang melibatkan Gan Mi Yeon, seorang anggota dari grup girl band terdahulu yang disebut Baby VOX. Mi Yeon menjadi target serangan anti-fans karena ia dirumorkan berkencan dengan salah seorang anggota dari boyband lain yang juga cukup terkenal. Dalam interviewnya baru-baru ini, Mi Yeon mengatakan bahwa sepanjang tahun 1999, ia sering kali menerima “surat dari fan” yang berisi potongan silet, dengan maksud agar ia melukai tangannya sewaktu membuka surat tersebut, bersamaan dengan gambar-gambar Mi Yeon dimana dalam gambar tersebut mata Mi Yeon terlihat seperti dicungkil, atau surat lain yang ditulis dengan darah.

Serangan secara fisik terhadap selebritis oleh anti-fans umumnya jarang terjadi, tapi hal tersebut pernah terjadi – dan hal ini seharusnya dapat dibedakan dari bentuk kekerasan/serangan yang umumnya terjadi kepada selebritis, seperti penguntitan atau penculikan untuk tebusan uang. Di tahun 2000, Yoon Gye Sang, seorang anggota dari sebuah boy band G.O.D menerima sekaleng soda yang sudah diinjeksi dengan pemutih/deterjen. Kemudian Ibu Yoon meminumnya dan harus segera dilarikan kerumah sakit. Hal ini terjadi lagi di tahun 2006, dimana U-know Yunho, anggota Dongbangshinki, menerima sekaleng soda yang sudah diinjeksikan dengan lem yang biasa dipakai di industri, dan akibatnya ia juga harus segera dilarikan ke rumah sakit.

Dan kemudian, tentu saja ada (tindakan lain yang dilakukan oleh anti-fans) yaitu seperti hinaan-hinaan yang dilontarkan di Internet. Sepertinya dibandingkan dengan sebelumnya, pemberitaan buruk di Internet mungkin terasa seperti angin sepoi-sepoi. Namun tetap saja pemberitaan tersebut menjadi penyebab munculnya tekanan psikologis. Baru-baru ini, sebuah thesis yang ditulis oleh aktris Park Jin Hee ( pemeran utama Lee Shin Young dalam drama The Woman Who Still Wants to Marry / Still, Marry Me – red ) untuk gelar master-nya dalam bidang kesejahteraan sosial menimbulkan kehebohan. ( Dinyatakan dalam thesis-nya tersebut ), dari 240 aktor yang disurvei, hampir 40% menyatakan bahwa mereka menderita beberapa tingkat depresi yang berbeda, dan beberapa bahkan mempertimbangkan untuk bunuh diri. 20% diantaranya memang benar-benar mengambil langkah spesifik untuk bunuh diri, seperti memesan obat-obatan. Park mengacu kepada komentar negatif yang diterima melalui Internet sebagai salah satu penyebab stress yang diderita aktor-aktor tersebut, alasan yang lain seperti kekhawatiran yang umum terjadi perihal stabilitas karier mereka.

Saat anti-fans tidak menyerang selebritis yang mereka benci, mereka mengalihkan kebencian tersebut kepada fans dari selebritis tersebut. Kasus kejahatan yang terburuk yaitu perkelahian jalanan dengan saling menarik rambut antara fan club H.O.T dengan Sechs Kies, dua boyband yang di akhir tahun 1990 memang menjadi rival berat. Konflik sedemikian memang sudah berkurang semenjak saat itu, namun konflik sedemikian masih sering terjadi walaupun dalam tingkat intensitas yang rendah. Sebagai contoh, dalam sebuah konser gabungan di tahun 2008 yang menampilkan berbagai boyband dan girlband, fan club Super Junior dan SS501 secara sengaja menjadi diam hening sewaktu Girl’s Generation tampil di panggung. Penyelenggara konser juga menghentikan konser selama 20 menit karena besar kemungkinan akan terjadi bentrokan antara fan clubs.

Bagaimana mungkin anti-fans bisa jadi begitu membenci selebritis tertentu? Seperti yang telah dinyatakan diatas, seringkali terjadi karena persaingan dan kecemburuan. Namun sejumlah anti-fans yang cukup mengkhawatirkan, sepertinya membenci selebritis “hanya karena/just because/그냥 ( baca : geunyang )”. Saat seseorang membaca posting-an di situs anti-fan, terdapat sejumlah kebencian tanpa alasan dalam bentuk gambar yang dimodifikasi, rumor yang tidak benar dan keinginan agar selebritis tersebut mati. Hal ini benar-benar mencengangkan. Walaupun beberapa diantaranya memang ada yang berusaha memberikan alasan yang rasional atas ketidaksukaan mereka ( sebagai contoh, seorang berkomentar di fansite Girl’s Generation, ia membenci grup tersebut karena mereka tidak berbakat ), namun orang-orang sedemikian cukup sedikit jumlahnya dan jarang ditemui, dan alasan-alasan yang dikemukakan sangat tidak seimbang dengan porsi kebencian yang mereka ekspresikan di situs-situs tersebut.

Tentu, dimana saja, selebritis memiliki bagian anti-fans mereka masing-masing. Sampai saat ini, terdapat 41.562 orang yang menyukai halaman facebook, “I Hate Lady Gaga”. Namun, intensitas dari anti-fans Korea dan kesediaan mereka untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar hanya mengklik tombol “Like” di sebuah halaman Facebook benar-benar sesuatu yang perlu diperhatikan. Ada apa di Korea yang menyebabkan hal sedemikian?

Pertama, adalah tingkat intensitas di Korea secara umum. Bukan berarti masyarakat Korea tidak memiliki kesempatan untuk mengobservasi sedemikian banyak masyarakat yang berbeda di dunia, jadi pernyataan berikut ini adalah sebuah anekdot. Namun, orang Korea sendiri berpikir bahwa pernyataan yang benar adalah masyarakat Korea, umumnya, adalah sebuah masyarakat yang lebih intense dari masyarakat kebanyakan. Orang Korea sangat berhasrat. Emosi mereka bisa sangat tinggi/bersemangat dan bisa sangat rendah/sangat putus asa, dan cara bicara mereka juga tindakan mereka lebih bebas.

Hal ini ada segi positif dan negatifnya. Seringkali emosi gabungan beberapa orang dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi. Untuk perbandingan, di Amerika, tingkat emosi setinggi ini biasanya muncul melalui olahraga/pertandingan – arena terakhir di kehidupan Amerika dimana orang-orang mendapat semangat untuk membuang tata krama dan dapat melakukan kegilaan bersama. Hal ini justru lebih sering terjadi di Korea, dan di berbagai aspek kehidupan mereka. Dan rasanya sangat enak untuk bisa bersemangat menggebu-gebu saat sesuatu yang baik terjadi, mereka bukan hanya sekedar senang belaka. Tapi kemudian, sisi buruknya. Intensitas yang sama dapat terjadi dalam segi negatif, mengakibatkan hal yang disebutkan diatas.

(Sebuah catatan: Seburuk apapun situasinya, fenomena seperti ini tetap ada batasannya. Tidak pernah ada di Korea kejadian seperti John Lennon, pembunuhan selebriti yang disengaja. Namun seseorang dapat berargumen, bahwa hinaan yang disampaikan di Internet juga menjadi penyebab sejumlah selebritis di Korea melakukan bunuh diri.)

No comments:

Post a Comment